Rabu, 20 Februari 2013
Dahsyatnya lagu Shonichi - AKB48
Wah,
udah lama nggak update blog, terakhir ngblog itu satu tahun lalu?!
sibuk sama kehidupan lain—bahkan saia hampir lupa
satu hal yang saia genggam di kedua tangan saia….
Yah…
Berfandom
itu kadang terlalu melenakan. Dan baru akan ingat jika sudah di tegur dengan
keras oleh sang ‘Pemilik Nafas’ ini.
Dan
saia baru saja di tegur---keasyikan berfandom, nilai jatuh—yah, nggak
jatuh-jatuh banget sih…satu nilai C menghiasi transkrip nilai saia XP
Bukan
mau ngebahas nilai sih, kalau masalah nilai itu saia emang udah yakin kalau
semester ini bakal dapet segitu. Karena semester ganjil kemaren itu saia emang
sering skip kuliah—dengan alasan males.
Ya
udah lah, mau protes juga udah percuma—yang ada saia di protes sahabat saia
karena dengan IPK diatas 3,5 masih mau protes itu kebangetan.
Oke.
Lupakan itu….
Yang
mau saia omongin sekarang itu adalah dua lagu yang selalu bikin saia nangis.
Bukan karena lagunya sedih—saia nggak se-melankolis itu kali sampai nangis cuma
karena lagu, apalagi lagu cinta recehan yang sering muncul di tv. Dua lagu itu
adalah Shonichi – AKB48 dan NYC – Yume Tamago.
Shonichi
itu emang lagu lama, dan karena saia bukan bukan WOTA ekebi jadi saia baru
denger lagu itu kemarin di konser jeketi48 minggu lalu. Dan itu lagu langsung
nancep di hati. Liriknya itu kenapa bisa nyambuk diri banget gitu—
Dreams lie in your
sweat
They’re flowers that bloom little by little
Your efforts will never let you down
Dreams lie in your sweat
They bud and keep waiting
Until your wishes come true, as they surely will one day
Dari
lirik ini saia seolah diingetin, bahwa mimpi besar yang sekarang saya genggam itu
nggak akan bisa terwujud tanpa usaha dan keringat yang mengucur. Dan Allah pasti nggak akan diam setelah melihat
usaha untuk impian itu.
Berkali-kali
pun didenger saia pasti selalu nangis…setiap liriknya itu bener-bener pas
dengan keadaan kita manusia sebenernya. Ya, lagu itu emang diciptain untuk
menggambarkan bagaimana perjuangan AKB untuk jadi idol yang sesungguhnya. Tapi
di balik lagu itu juga ada pelajaran buat kita yang dengernya…
I’m on the stage that I longed to
stand on
Kita
masing-masing punya panggung sendiri—yang khusus disediakan untuk kita, dan
menjadi salah satu tujuan akhir kita.
My rivals always seemed
to shine
Kadang
untuk sampai ke stage yang khusus disediakan untuk kita itu, ada lawan yang
harus kita jatuhkan. Lawan yang menemani kita berlari untuk sampai
ketujuan—pastinya dengan cara kita masing-masing. Dan kadang juga lawan kita
itu terlihat lebih segala-galanya dari kita.
I never imagined the
spotlight would be so bright
It’s like the morning sun after a long night
Allah
sadah menyiapkan satu stage special buat kita, dan DIA juga pasti nyiapin juga
satu spotlight paling terang untuk menyinari kita saat itu. Nah, kita udah siap
belum untuk sampai di stage itu—berdiri disana di soroti dengan spotlight super
terang itu—menjadi pusat perhatian dari seluruh mata di jagad ini.
There were days when I
cried in frustration
And days when I gave up
But I could hear
An “Encore!” somewhere
Lelah?
Frustasi karena tujuan yang panjang dan mustahil di raih?
Pasti
ada. Kadang saia berpikir—untuk bisa nerusin kuliah di universitas impian itu
terlalu muluk dan saia adalah orang yang naiv dengan impian bodohnya yang
terlalu tinggi. Tapi, yah….Allah nggak pernah melepas pandangannya dari kita,
deshou?
Saia
bermimpi seperti itu karena saia yakin bisa meraihnya—tidak peduli kata orang
mimpi itu muluk—mimpi itu bodoh—mimpi itu terlalu jauh. Toh yang punya mimpi
itu saia, yang mewujudkannya saia, dan dengan kekuatan saia sendiri—kenapa
musti peduli cibiran orang lain.
Mereka
yang mencibir mimpi saia, adalah mereka yang tidak bisa bermimpi dan takut
bermimpi seperti saia.
Saat
lelah….yang biasanya saia pikir adalah saia berjuang untuk diri saia—orang tua,
dan ada sahabat yang juga berjuang bersama saia.
Dreams lie after the
tears
They’re the flowers in your smile after you stop crying
The bud of your efforts will bloom eventually
Dreams lie after the tears
I’ll keep believing through the wind and the rain
Until my prayers reach sunny skies
Jalan
yang panjang untuk sampai ketujuan mustahil kalau nggak diwarnai air
mata—mustahil nggak dicoreti tinta hitam keputus-asaan—dan mustahil tidak ada
warna merah karena emosi akibat frustasi. Tapi ya begitulah—mimpi yang berjalan
mulus itu bukan mimpi. Mimpi yang begitu mudah di raih itu bukan mimpi tapi
HADIAH.
Saia,
mungkin emang belum pantas ngomong begini karena saia juga belum sampai ke-goal
saia. Bahkan untuk menapakan kaki ke steep kedua aja masih goyah. Tapi nggak
ada salahnya untuk berbagi ‘kan?
Saia
hanya ingin berbagi semangat… memberitahukan bahwa disini, juga ada seorang
pemimpi yang bisa membantu mendoakan agar impian kamu terwujud…agar impian kita
sama-sama terwujud
Kalau
kata anak-anak NYC, saat ini mimpi kita itu masih berupa bibit kecil—yang baru
akan bisa tumbuh jika disirami dengan harapan dan semangat.
Jangan
takut bermimpi… karena bukah hanya kau seorang pemimpi di dunia ini. Karena
justru dunia ini diciptakan oleh para pemimpi.
Jangan
takut bermimpi karena kita jutru lebih hidup karena kita punya tujuan untuk
hidup.
Tetap semangat,
belajar, temukan jalan, dan jangan lupa kita punya Allah yang nggak pernah
melepas kita. Impian itu, sudah rindu untuk kita rengkuh, dan kita peluk.
Tetap semangat
sahabat pemimpi-ku….
|